Lintang Panjer Rino

lintang panjer rina

Sunyi tan bisa nendra
Gawang gawang katon aneng netra
Tak sesuwun mugi enggal enjang
Kadereng ati kang papa

Yen lintange panjer rina
Wus semburat sumunar ngalela
Aku wus angantu-antu tenan aning stasiun balapan

Prasasat kaya sewindu
Ngantu-antu ngenteni tekamu

Biso hangrakit asmara
Nadjian meh rahina
Ning ingrasa mung sedela

Lintange panjer rina
Melu sedya ngrewangi ngenteni
Yen sepur senja wis katon teka
Esemu nambani ati

lirik langgam jawa

Tujuan, Model dan Pola Bimbingan dan Konseling

BAB II

PEMBAHASAN

2.1         Tujuan Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling

Sebagaimana yang telah dijelaskan pada uraian terdahulu bahwa bimbingan dan konseling menempati bidang dan pelayanan pribadi dalam keseluruhan proses dan kegiatan pendidikan.

Bimbingan dalam rangka menemukan pribadi dimaksudkan agar peserta didik mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri. Dalam hubungan ini pelayanan bimbingan dan konseling diberikan kepada siswa dalam rangka upaya agar siswa dapat menemukan pribadi, mengenali lingkungan dan merencanakan masa depan.

Bimbingan dalam rangka menemukan pribadi dimaksudkan agar peserta didik mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri serta menerimanya secara positif dan dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut.

Adapun tujuan umum bimbingan dan konseling adalah untuk membantu individu memperkembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap perkembangan dan predisposisi yang dimilikinya (seperti kemampuan dasar dan bakat-bakatnya), barbagai latar belakang yang ada (seperti latar belakang keluarga, pendidikan, status social ekonomi) serta sesuai dengan tuntutan positif lingkungannya.

Dalam kaitan ini, bimbingan dan konseling membantu individu untuk menjadi insan yang berguna dalam kehidupan yang memiliki berbagai wawasan, pendangan, interpretasi, pilihan, penyesuaian dan ketermpilan yang tepat berkenaan dengan diri sendiri dan lingkungannya. Insan seperti itu adalah insan yang mandiri yang memiliki kemampuan untuk memahami diri sendiri dan lingkungannya secara tepat dan objektif, menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis, maupun mengambil keputusan secara tepat dan bijaksana, mengarahkan diri sendiri sesuai dengan keputusan yang diambilnya itu, serta akhirnya mampu mewujudkan diri sendiri secara optimal.

Adapun tujuan khusus bimbingan dan konseling, merupakan penjabaran tujuan umum tersebut yang dikaitkan secara langsung dari permasalahan yang dialami oleh individu yang bersangkutan, sesuai dengan konpleksitas permasalahannya itu. Masalah-masalah individu berbagai macam ragam jenis, intensitas, dan sangkut pautnya, serta masing-masing bersifat unik.

Oleh karena itu tujuan khusus bimbingan konseling untuk masing-masing individu bersifat unik pula. Tujuan bimbingan dan konseling untuk seorang individu berbeda dari (dan tidak boleh disamakan dengan) tujuan bimbingan dan konseling untuk individu lainnya.

2.2         Pengertian Model dan Pola Dasar Bimbingan

Model-model bimbingan dan konseling dan pola dasar bimbingan bermula dari gerakan bimbingan dan konseling di Amerika yang dikembangkan di sejumlah kerangka pikir yang menjadi pedoman dan pegangan dalam pelayanan di sekolah-sekolah. Istilah Model menurut Shertzer dan Stone (1981) yaitu suatu konseptualisasi yang luas, bersifat teoritis namun belum memenuhi semua persyaratan bagi suatu teori ilmiah. Metode-metode itu dikembangkan oleh orang tertentu untuk menghadapi tantangan yang timbul dalam kehidupan masyarakat dan lingkungan pendidikan sekolah di AS.

2.3         Model-model Bimbingan dan Konseling

Model bimbingan konseling menurut beberapa pendapat:

  1. 1. Frank Parsons menciptakan istilah Vocational Guidance yang menekankan ragam jabatan bimbingan dengan menganalisis diri sendiri, analisis terhadap bidang pekerjaan, serta memadukan keduanya dengan berfikir rasional dan mengutamakan komponen bimbingan pengumpulan data serta wawancara konseling. Menurut pandangan Parsons, baik individu maupun masyarakat akan mendapatkan keuntungan, jika terdapat kecocokan antara ciri-ciri kepribadian seseorang dan seluruh tuntutan bidang pekerjaan yang dipegang oleh orang itu. Tiga factor utama dianggap sangat menentukan dalam memilih suatu bidang pekerjaan, yaitu analisis pada diri sendiri (kemampuan dan bakat, minat, serta temperamen), analisis terhadap pekerjaan (kesempatan, tuntutan, dan prospek masa depan), serta perbandingan antara hasil kedua analisis tadi untuk menemukan kecocokan antara data tentang diri sendiri dan data tentang bidang-bidang pekerjaan (mengadakan matching dengan berpikir rasional). Mengingat banyak orang muda akan mengalami kesulitan dalam meninjau ketiga factor utama itu, maka mereka membutuhkan dari seseorang yang lebih berpengetahuan dan lebih berpengalaman dalam hal ini. meskipun pandangan Frank Parson menunjukkan unsure kelemahan, misalnya kurang diperhitungkan pengaruh motivasi, nilai-nilai kehidupan dan lapisan social ekonomis, namun tekanan dalam penekanan diri dan pelayanan dari seorang ahli dalam bimbingan jabatan merupakan sumbangan yang sangat berharga bagi perkembangan pelayanan bimbingan selanjutnya. Dengan demikian, model ini menekankan ragam bimbingan, jabatan, dan mengutamakan komponen bimbingan pengumpulan data serta wawancara konseling.
  1. William M. Proctor, (1925) mengembangkan model bimbingan mengenalkan dua fungsi yaitu fungsi penyaluran dan fungsi penyesuaian menyangkut bantuan yang diberikan kepada siswa dalam memilih program studi, aktivitas ekstra-kurikuler, bentuk rekreasi, jalur persiapan memegang sesuai dengan kemampuan, bakat, minat dan cita-cita siswa. Fungsi penyesuaian menyangkut bantuan yang diberikan siswa dalam melaksanakan secara konsisten dan konsekuen pilihan yang telah mereka buat, seandainya timbul kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan beraneka tuntutan dalam lingkungan atau dalam bidang kehidupan tertentu. Dengan demikian, model ini menekankan sifat bimbingan perseveratif, yang mendampingi siswa dalam perkembangannya yang sedang berlangsung, dan mengutamakan bimbingan pengumpulan data, wanwancara konseling. Namun, kelemahan model ini terletak dalam pandangan, bahwa pelayanan bimbingan hanya perlu diberikan pada saat siswa menghadapi masalah.
  1. John M. Brewer, (1932) mengembangkan ragam bimbingan seperti bimbingan belajar, bimbingan rekreasi, kesehatan, bimbingan miral dan perkembangan. menerbitkan buku Educational as Guidance berpendapat bahwa tugas pendidikan sekolah adalah mempersiapkan siswa untuk mengatur bidang kehidupan sedemikian rupa, sehingga bermakna dan memberikan kepuasan, seperti bidang kesehatan, bidang kehidupan keluarga, bidang pekerjaa, bidang rekreasi, bidang perluasan pengetahuan dan bidang kehidupan bermasyarakat. Pendidian dan bimbingan dianggap tidak jauh berbeda, karena keduanya berfungsi sebagai bantuan kepada generasi muda dalam belajar seni hidup sebagai pribadi dan anggota masyarakat. Melalui berbagai kegiatan pendidikan dan bimbingan siswa memperoleh pengetahuan dan kebijaksanaan yang diperlukan mengatur kehidupannya sendiri dalam berbagai aspeknua, model ini menekankan ragamnya bimbingan yang diberikan, seperti bimbingan belajar, bimbingan rekreasi, kesehatan, moral dan bimbingan perkembangan; maka tidak hanya mengenal ragam bimbingan jabatan. Komponen pembirian informasi dan wawancara konseling diutamakan. Namun, kelemahan model ini terletak dalam pandangan bahwa pendidikan dan bimbingan tidak jauh berbeda fungsinya; dan bahwa pelayanan bimbingan untuk sebagian besar dituangkan dalam bentuk suatu pelayanan yang berkisar pada materi pelayanan seperti berlaku pada segala bidang studi akademik.
  1. Donal G. Patterson, (1938) mengembangan metode klinis (clinical method). Metode ini menekankan perlunya menggunakan teknik ilmiah untuk mengenal konseli dengan lebih baik dan menentukan segala problem yang dihadapi oleh konseli, misalnya dengan menggungakan tes psikologis dan studi diagnostic. Yang dibutuhkan ialah data obyektif, yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan memberikan gambaran tentang konseli, lepas dari pandangan konseli tentang diri sendiri. Model ini sebenarnya menyangkut satu komponen dalam program bimbingan saja yaitu konseling. Layanan konseling hanya dipegang oleh tenaga bimbingan yang ahli dalam menggunakan teknik analisis ilmiah, terutama tes psikologis. Konselor bertanggungjawab penuh atas pilihan alat-alat diagnostic yang menghasilkan data bagi konseli tentang dirinya sendiri. Model ini menekankan bentuk bimbingan perseceratif, serta memberikan tekanan pada komponen bimbingan penempatan, pengumpulan data, dan wawancara konseling. Kelemahan model ini terletak pada pelayanan bimbingan cenderung dibatasi pada saat tertentu saja dan diberikan kepada siswa-siswi tertentu, yaitu mereka yang menghadapi suatu masalah berat dan akan menghadap konselor sekolah.
  1. Wilson Little dan AL. Champman, (1955) mengembangkan bimbingan yang dikenal dengan nama bimbingan perkembangan (development guidance). Model ini menekankan perlunya memberikan bantuan kepada semua siswa dalam aspek perkembangan siswa dalam bidang studi akademik dalam mempersiapkan diri memangku suatu jabatan dan dalam mengolah pengalaman batin serta pergaulan sosial. Model ini memanfaatkan bentuk pelayanan individual dan kelompok, mengutamakan sifat bimbingan preventif dan preserveratif dan melayani bimbingan belajar, jabatan dan bimbingan pribadi. Maka, fokus perhatian terpusat pada perkembangan optimal dari peserta didik yang sedang menuju kekedewasaan. Perkembangan yang optimal itu dapat dicapai bila siswa mengenal diri sendiri, menghayati seperangkat nilai kehidupan, menyadari keadaan nyata dalam lingkungan hidupnya. Namun kemandirian pribadi dan kemampuan untuk menimbang kondisi kehidupan dalam lingkup lingkungan kongkrit tetap diutamakan, dengan menerima kemungkinan orang muda dapat berubah selama proses perkembangannya. Model ini memanfaatkan bentuk pelayanan individu dan kelompok, mengutamakan sifat bimbingan preventif dan perseveratif, serta melayani siswa melalui bimbingan belajar, bimbingan jabatan, dan bimbingan pribadi. Keunggulan model ini ialah sumbangan dalam pelayanan bimbingan yang diberikan oleh semua tenaga pendidik yang bekerja sama sebagai tim yang melakukan sejumlah kegiatan bimbingan yang dirancang untuk menunjang perkembangan optimal dari semua siswa dalam kurun waktu yang sama. Kelemahan model ini terletak dalam kenyataan, bahwa tidak semua anggota staf pendidik sekolah siap pakai untuk memberikan pelayanan bimbingan. Merencanakan dan melaksanakan program bimbingan yang sedimikian komprehensif dan meresapi seluruh program pendidikan sekolah, menjadi usaha yang sangat kompleks yang melibatkan banyak orang, dalam kenyataan akan sukar dilaksanakan di lapangan.
  1. Kenneth B. Hoyt, (1962) yang mendeskripsikan model bimbingan mencakup sejumlah kegiatan bimbingan (constellation) dalam rangka melayani kebutuhan siswa di jenjang pendidikan dasar dan menengah. Model ini menekankan pelayanan individual dan kelompok dan memungkinkan pelayanan yang bersifat preventif, preserveratif dan remedial dan mengutamakan ragam bimbingan belajar dan pribadi. Dalam pola ini ditekankan pada bahwa tenaga pendidik di sekolah seharusnya berpartisipasi dalam pelaksanaan dalam program bimbingan, bukan hanya tenaga bimbingan atau konselor sekolah saja, bahwa konselor sekolah memikul tanggungjawab utama atas perencanaan dan pelaksanaan program bimbingan, yang tidak hanya meliputi layanan konseling saja. Pelayanan bimbingan berhasil kalau tujuan pelayanan bimbingan terintegrasikan pada tujuan institusional, kurikuler, dan instruksional. Seorang konselor sekolah memiliki keahlian khusus yang tidak dimiliki oleh tenaga-tenaga pendidik yang lain dalam hal :
  2. a) Penggunaan beraneka teknik dan alat untuk memperoleh data yang relevan tentang siswa dan dalam menafsirkan data itu;
  3. b) Penyebaran informasi yang relevan dan tepat tentang variasi program studi lanjutan serta variasi bidang pekerjaan;
  4. c) Penggunaan berbagai metode konseling dan aneka teknik konseling;
  5. d) Diagnosis kasus khusus yang menuntut konsultasi dengan seorang ahli lain di luar lingkungan sekolah (referral);
  6. e) Penerapan metode dan teknik khusus untuk bimbingan kelompok;
  7. f) Kemampuan mengadakan riset tentang kebutuhan-kebutuhan siswa dan melakukan studi evaluative tentang keberhasilan program bimbingan. Konselor sekolah melayani para siswa secara langsung (kontak langsung dengan siswa), namun juga melayani rekan tenaga pendidik yang lain sebagai narasumber (konsultan) demi peningkatan mutu dan efektivitas program pendidikan di sekolah. Model ini menekankan pelayanan bimbingan sebagai usaha yang melibatkan semua tenaga pendidik, menurut fungsi dan wewenang masing-masing; mengenal bentuk pelayanan bimbingan individual dan kelompok; memungkinkan pelayanan bimbingan preventif, perseveratif dan remedial; dan mengutamakan bimbingan belajar dan bimbingan pribadi. Keuntungan model ini ialah pelayanan bimbingan tidak hanya terbatas pada layanan konseling dan tanggungjawab untuk menunjang perkembangan siswa serta taraf kesehatan mental tidak hanya dibebankan pada tenaga bimbingan professional saja. Kelemahan terletak dalam anggapan, bahwa bidang bimbingan terutama diperlukan membantu siswa dalam mengatasi beraneka kesulitan belajar dengan demikian tujuan yang khas dari pelayanan bimbingan menjadi agak kabur.
  1. Ruth Strabf, (1964) yang berpandangan menyangkut bimbingan melalui wawancara konseling. Eklektis berarti memilih, yaitu memilih diantara teori, metode dan teknik yang dikembangkan sesuai kebutuhan konseli untuk diterapkan dalam mengatasi masalah tertentu. Konselor harus mengetahui keunggulan dan kelemahan dari berbagai teori, metode dan teknik sehingga dapat menerapkannya secara fleksibel. Model ini menekankan bentuk pelayanan individu dan pelayanan secara kelompok dan mengutamakan komponen bimbingan pengumpulan dan wawancara konseling. Pandangan ini lebih menyangkut pelayanan bimbingan melalui wawancara konseling. Diasumsikan bahwa siswa dan mahasiswa dari waktu kewaktu membutuhkan bantuan professional dalam memahami diri sendiri dalam mengatasi masalah tertentu melalui bantuan itu mereka mendapat informasi tentang diri sendiri dan realitas lingkungan, yang kiranya sulit mereka peroleh dengan cara lain.
  1. Arthur J. Jones, (1970) menekankan pelayanan bimbingan sebagai bantuan kepada siswa dalam membuat pilihan-pilihan dan dalam mengadakan penyesuaian diri. Bantuan itu terbatas pada masalah-masalah yang menyangkut bidang studi akademik dan bidang pekerjaan. Bimbingan adalah intrvensi professional bilamana siswa harus membuat pilihan diantara beraneka alternatif program studi dan bidang pekerjaan yang terbuka baginya. Nilai-nilai kehidupan (values) menjadi faktor penting dalam membuat pilihan. Pada awal masa pendidikan menengah dan pada akhir masa itu siswa menghadapi saat dia harus membuat setumpuk pilihan (decision making) yang berarti dimasa yang akan datang, petugas bimbingan harus membantu siswa dalam membuat pilihan, dengan mempertimbangkan sistem nilai yang dianutnya dan mengolah informai yang tersedia tentang diri sendiri serta kesempatan-kesempatan terbuka baginya. Supaya siswa berpikir secara rasional; karena kaum muda kurang mampu mengambil keputusan penting, maka dibutuhkan bantuan seorang ahli bimbingan yang bekerja sebagai tenaga tetap di lembaga pendidikan sekolah. Model ini juga menekankan bentuk pelayanan individu mengutamakan ragam bimbingan belajar serta bimbingan jabatan dan memberi tekanan pada komponen bimbingan penempatan pengumpulan data serta wawancara konseling. Kelemahan yang paling mencolok dalam model ini ialah pembatasan pelayanan bimbingan pada saat-saat tertentu saja, bila siswa harus membuat suatu pilihan yang menentukan jalan kehidupannya.
  1. Chris D. Kehas, (1970) mengembangkan guidance as personal development. Model ini merumuskan tujuan pendidikan di sekolah, memberikan tekanan pada perkembangan kepribadian peserta didik, tetapi di lapangan hanya aspek intelektual yang diperhatikan. Dengan demikian tenaga-tenaga bimbingan hanyalah berfungsi dalam rangka meningkatkan efektivitas proses belajar mengajar di kelas. Dengan kata lain, bimbingan adalah usaha yang menunjang bidang pengajaran saja (amcillary service to make instruction more effective). Kehas memperjuangkan supaya pendidikan sekolah dipandang sebagai usaha mendampingi siswa dalam belajar. Belajar tidak hanya mencakup belajar di bidang akademik, tetapi tentand diri sendiri dan lingkungan hidup. tenaga pendidik tidak hanya guru, melainkan masing-masing tenaga pendidik bertugas mendampingi siswa dalam aspek perkembangan dan dimensi belajar tertentu. Dengan demikian, siswa mempunyai relasi dengan pihak tenaga pendidik berbeda-beda sifat, misalnya guru sebagai pendamping dalam belajar akademik, dan tenaga bimbingan sebagai pendamping dalam belajar tentang kepribadiannya sendiri. Konselor sekolah berfokus pada perkembangan kepribadian siswa dalam keseluruhannya (personal development). Maka, tenaga bimbingan bukan berfungsi sebagai asisten tenaga pengajar, melainkan mempunyai peranannya sendiri. Tenaga pendidik tidak berada di bawah yang lain, melainkan saling melengkapi dalam rangka bekerja sama menurut fungsinya masing-masing. Model ini menekankan bentuk, jenis, atau ragam bimbingan tertentu, dan tidak mengutarakan komponen bimbingan tertentu, melainkan mengeksplisitkan fungsi dasar bimbingan di sekolah, yaitu proses membantu orang-perorangan untuk memahami diri sendiri dan lingkungan hidupnya. Keunggulan model ialah menciptakan kemungkinan untuk merumuskan secara spesifik apa peranan guru (tenaga pengajar) dan apa peranan konselor sekolah terhadap belajar siswa. Kelemahan model ini menyangkut hubungan kerja sama antara tenaga pengajar dan tenaga bimbingan yang kerap belum jelas sebaiknya diwujudkan; disamping itu, timbul bahaya bahwa anak didik akan dibelah-belah atas sekian bagian, dimana guru bertanggung jawab atas perkembangan intelektual siswa saja dan konselor sekolah akan bertanggungjawab atas aspek-aspek perkembangan yang lain.
  1. Ralp Moser dan Norman A. Srinthall, (1971) mengajukan usul supaya di sekolah diberi pendidikan psikologis yang dirancang untuk menunjang perkembangan kepribadian para siswa dengan mengutamakan belajar dinamik-efektif yang menyangkut kepribadian nilai-nilai hidup dan sikap-sikap. Pelayanan bimbingan tidak hanyadibatasi pada mereka yang menghadap konselor sekolah, tetapi sampai pada semua siswa yang mengikuti pendidikan psikologis. Ini merupakan keunggulan modelnya. Namun, merencanakan dan melaksanakan suatu program kurikuler menuntut konselor menguasai metodik mengembangkan dan mengajarkan suatu bidang, termasuk penentuan tujuan instruksional, mengurutkan topic-topik (sequence), prosedur akan membuat siswa belajar aktif (CBSA), dan pilihan bahan yang relevan. Persyaratan ini kiranya hanya dapat dipenuhi, bila konselor sekolah khusus disiapkan untuk itu melalui pendidikan formal di perguruan tinggi.
  1. Julius Menacker, (1976) mengembankan model bimbingan yang mengusahakan penganggulangan segala gejala pemberontakan yang tampak dalalm tingkah laku para siswa di sekolah yang terletak dalam daerah/bagian kumuh di kota besar. Daerah kumuh disini berarti daerah di mana kemiskinan, kejahatan, pelanggaran hukum, kenakalan remaja, dan penggunaan obat bius merajalela. Model ini menekankan usaha mengadakan perubahan dalam lingkungan hidup yang menghambat perkembangan yang optimal bagi siswa. Dalam pelayanan bimbingan tradisional focus perhatian terpusat pada siswa sendiri yang harus mengadakan perubahan dalam diri sendiri, dalam activist guidance focus perhatian terdapat pula pada lingkungan hidup siswa, yaitu bagaimana manipulasi dari lingkungan dapat menguntungkan perkembangan siswa. Maka, konselor sekolah bersama dengan siswa mengidentifikasi segala kondisi hidup negative yang ditimbulkan oleh lingkungan hidup, dan merencankan setumpuk tindakan konkret untuk mengubah lingkungan itu sehingga terciptakan kondisi positif, termasuk mengubah lingkungan sekolah bila hal itu dianggap perlu. Keunggulan model ini ialah pandangan tingkah laku seseorang sebaiknya dilihat sebagai hasil interaksi antara individu dengan lingkungan hidupnya. Konselor sekolah yang berpegang pada pola asli memanfaatkan semua sumber dan sarana dalam lingkungan masyarakat setempat, yang dapat mempengaruhi suasana hidup di suatu daerah. Kelemahan model ini ialah kenyataan, bahwa aksi-aksi perubahan social mudah menimbulkan berbagai ketegangan, bahkan pun sampai menciptakan konflik dengan tenaga-tenaga pendidik yang lain, karena lingkungan sekolah itu sendiri tidak akan luput dari aksi demi perubahan suasana dan kurikulum pengajaran.

Model-model berpikir yang diuraikan di atas ternyata belum dioperasionalkan di lapangan dan dituangkan dalam kerangka program bimbingan. Kecuali, model yang dideskripsikan oleh Hoyt, yaitu Constellation of Services. Kenyataan ini berarti bahwa masih terdapat jurang yang lebar antara pemikiran teoritis dan praktek pelaksanaan di lapangan. Alasannya adalah bahwa pelayanan bimbingan di sekolah berkembang menurut kebutuhan setempat, dan baru dibentuk konseptualisasi setelah praktek perkembangan untuk mempertanggungjawabkan apa yang dilakukan serta memberikan landasan teoritis pada kegiatan-kegiatan bimbingan sudah mulai dilaksanakan. Pemikiran teoretis (theory building) baru menyusul sesudah pelayanan bimbingan mulai berjalan, bahwa pelayanan di lapangan tidak bermakna bagi perkembangan siswa, namun pelayanan bimbingan akan terhambat dalam perkembangannya, dan mendapat banyak sorotan negative karena lemah dalam hal refleksi teoretis.

Kehas berpandangan sejumlah faktor yang menghambat konseptualisasi dan pertanggungjawaban teoretis dari bimbingan di sekolah-sekolah di Amerika yaitu:

  1. Organisasi profesional di bidang bimbingan lebih banyak memperhatikan layanan konseling daripada layanan bimbingan pada umumnya.
  2. Perbedaan konseptual antara mengajar dan membimbing masih kabur.
  3. Pelayanan bimbingan di sekolah lebih dikaitkan dengan bidang administrasi sekolah, sehingga fungsi khas dari bimbingan tinggal samar-samar saja.
  4. Pemikirannya teoretis.
  5. Terdapat anggapan “bimbingan dan konseling itu tidak penting”.

Dikatakan di Indonesia masih terdapat suatu jurang yang cukup lebar antara praktek pelayanan bimbingan di lembaga sekolah dan pengembangan andalan landasan teoritis, yang sesuai dengan kondisi serta situasi pendidikan sekolah di suatu negara berkembang. Namun, telah diterapkan pola Constellation of Services sebagaimana diuraikan di atas, meskipun pola tidak luput dari berbagai kelemahan dalam konseptualisasi.

2.4         Pola-pola Bimbingan

Pola-pola Bimbingan :

  1. Pola Generalis, bahwa corak pendidikan dalam suatu institusi pendidikan berpengaruh terhadap kuantitas usaha belajar siswa, dan seluruh staf pendidik dapat menyumbang pada perkembangan kepribadian masing-masing siswa. Ujung pelayanan bimbingan dilihat sebagai program yang kontinyu dan bersambungan yang ditujukan kepada semua siswa. Pada akhirnya, bimbingan hanya dianggap perlu pada saat-saat tertentu saja.
  2. Pola Spesialis, bahwa pelayanan bimbingan di institusi pendidikan harus ditangani oleh ahli-ahli bimbingan yang masing-masing berkemampuan khusus dalam pelayanan bimbingan tertentu seperti testing psikologis, bimbingan karir, dan bimbingan konseling.
  3. Pola Kurikuler, bahwa kegiatan bimbingan di institusi pendidikan dusulkan dimasukkan dalam kurikulum pengajaran dalam bentuk pengajaran khusus dalam rangka suatu kursus bimbingan. Segi positif dari pola dasar ini ialah hubungan langsung terlibat dalam seluk beluk pengajaran, segi negatifnya terletak dalam kenyataan bahwa kemajuan dalam pemahaman diri dan perkembangan kepribadian tidak dapat diukur melalui suatu tes hasil belajar seperti terjadi di bidang-bidang studi akademik.
  4. Pola Relasi-relasi Manusia dan Kesehatan Mental, bahwa orang akan lebih hidup bahagia bila dapat menjaga kesehatan mentalnya dan membina hubungan baik dengan orang lain. Segi positif dari pola dasar ini ialah peningkatan kerja sama antara anggota-anggota staf pendidik di institusi pendidikan dan integrasi social di antara peserta didik dengan staf pendidik.

2.5         Pendekatan dan Strategi Dasar

Robert H. Mathewson (1962), membedakan tujuh pendekatan atau strategi dasar yang masing-masing pendekatan merupakan kontinum yang bipolar. Ketujuh strategi dasar itu adalah sebagai berikut :

  1. Edukatif versus Direktif

Yaitu satu sisi pelayanan bimbingan dipandang sebagai pengalaman belajar bagi siswa yang membantu mereka untuk menentukan sendiri pilihan-pilihannya. Di sisi yang lain pelayanan bimbingan ditafsirkan sebagai penentuan diagnosis oleh seorang ahli disertai rekomendasi-rekomendasi kepada siswa dan para guru serta orang tua.

  1. Kumulatif versus Pelayanan

Yaitu satu sisi suatu pelayanan bimbingan dilihat sebagai program yang kontinyu dan bersambung-sambung. Di sisi yang lain hanya dianggap perlu pada saat tertentu.

  1. Evaluasi diri versus oleh orang lain

Yaitu satu sisi suatu pelayanan bimbingan dirancang untuk membantu siswa menemukan diri dan evaluasi diri atas prakarsa sendiri. Di sisi yang lain banyak memberikan tanggapan, pendapat, pandangan dan saran karena siswa dianggap membutuhkan hal itu.

  1. Kebutuhan Individu versus Kebutuhan Lingkungan

Yaitu di sisi satu pelayanan bimbingan menekankan supaya kebutuhan-kebutuhan masing-masing siswa dipenuhi. Di ujung yang lain difokuskan pada kebutuhan lingkungan masyarakat atau lingkungan sekolah sendiri.

  1. Penilaian Subyektif versus Penilaian Obyektif

Yaitu di sisi satu pelayanan bimbingan diarahkan ke penghayatan dan penafsiran siswa sendiri terhadap dirinya sendiri serta lingkungan hidupnya, di sisi yang lain menitik beratkan pengumpulan data siswa dari sumber di luar siswa sendiri.

  1. Komprehensif versus Berfokus pada satu aspek/bidang saja

Yaitu di satu sisi pelayanan bimbingan diprogramkan sedemikian rupa sehingga semua tantangan dan permasalahan di berbagai bidang kehidupan siswa tercakup di dalamnya. Di sisi yang lain dipusatkan pada aspek-aspek perkembangan atau bidang permasalahan tertentu.

  1. Koordinatif versus Spesialistik

Yaitu di satu sisi ditangani oleh sejumlah tenaga melakukan kerjasama secara koordinatif dalam memberikan bantuan dan berkedudukan sama dan harus berkerjasama erat dalam mendiskripsi ciri-ciri suatu program bimbingan yang dilaksanakan pada institusi pendidikan, di sisi yang lain ditangani secara spesifik berdasarkan keahlian.

Contoh ringkesaning wacan

Jaman Pusaka Kanjeng Kyai Upas

Dening: Sri Astuti Triwida

Saben sasi sura wong jawa umume padha nganakake upacara sasi suran minangka rasa suka lan syukur marang Gusti Allah. Kaya upacara Srana Mulya Jamasan pusaka Kanjeng Kyai Upas kang di anakake pendhak sasi sura ing Kab.Tulungagung. Pusaka Kanjeng Kyai Upas kuwi asal usule saka Kraton Mataram nanging banjur di paringake marang KRT Pringgodiningrat kang jumeneng ana ing Kab.Ngrawa amarga ora kuat kanggonan. Para warga isih akeh sing percaya yen pusaka kasebut bisa nekakake bilahi kayata banjir bandhang,lelara,lan sakpiturute. Yen di pindahake saka Tulunggagung utawa kurang anggone ngrumat. Sejarah asal usule Tumbak Kyai Upas di wiwiti saka Kerajaan Majapahit. Akeh kaluwarga Raja kang mlayu ana ing Bali,Jawa tengah utawa Jawa Kulon. Kaluwarga sing mlayu menyang Jawa Tengah ana sing isa babad alas ing tlatah mataram cedhak Rawa Pening Ambarawa utawa Ambahrawa asmane Kyai Wanabaya. Banjur Kyai Wanabaya nganakake slametan bersih desa di ewangi karo pamuda desa. Para pamuda mau di dhawuhi kanggo gawa gaman nanging ana salah sijine pamuda prawan sing ora gawa gaman banjur di ampili gaman kang awujug pusaka naging ana pantangane,pantangane yaiku pusaka kuwi ora pareng di pangku marang wong wedok. Nanging sanalika bocah prawan mau kuwi arep leren,deweke lali mangku pusaka kuwi banjur kedaden keanehan marang pusaka kuwi. Pusaka kuwi banjur ngrabeni pamuda kuwi.pamuda kuwi durung tau rabi banjur isin lan banjur matur karo Kyai Wanabaya. Kyai Wanabaya mireng kabar kuwi langsung tindak mertapa ana ing puncake gunung Merapi,ing sawijine dina bocah mau lairan nanging sing di lairna dudu manungsa nanging bayi ula naga banjur di paringi asma Baru Klinthing.

Sak mlakune dina,Baru Klinthing dadi dewasa banjur kepingin ngerti sapa ramane. Ibune banjur kandha yen ramane Baru Klinthing sejatine Kyai Wanabaya kang lagi mertapa ana ing puncak gunung Merapi. Banjur Baru Klinthing age age nyusul ramane ing gunung Merapi. Nanging Kyai Wanabaya ora langsung ngakoni yen Baru Klinthing kuwi anake. Baru Klinthing di dhawuhi nglingkeri puncake gunung Merapi tepung gelang. Sejatine Baru Klinthing isa senajan di sambung karo ilate,nanging Kyai Wanabaya nugel ilate Baru Klinthing banjur dadi pusaka kang awujud tumbak,Baru Klinthing ngerti yen ilate di kethok banjur mlayu ngidul banjur nyemplung banyu lan dadi kayu. Kayu mau banjur kanggo tombak mau si jenengi “ kyai upas”. Sak wise Kyai Wanabaya seda,pusaka kyai upas diwarisake marang putrane yaiku Ki Ageng Mangir. Banjur Ki Ageng Mangir dadi sekti mandra guna lan dadi panguasa ing dusun Mangir. Kejayaan Ki Ageng Mangir tekan talingane Sang Prabu ing Mataram banjur sang prabu siring lan ngajak perang karo Ki Ageng Mangir nanging sang Prabu Mataram kalah nganggo “kyai upas”. Banjur Ki Ageng Mangir lan Sang Prabu Mataram dadi musuh bebuyutan.

Sang Prabu gadhah putri kang ayu asmane Putri Pambayun. Ki Ageng Mangir ngerti banjurt kepincut karo putri Pembayun lan dadi garwane. Putri Pambayun banjur dhawuhi Ki Ageng Mangir kanggo sungkem karo ramane. Selagi Ki Ageng Mangir sungkem sirahe dening Sang Nata di gedhukake dhampan keprabon kang wujud watu nganti tunekeng pati. Banjur jasade Ki Ageng Mangir separo di sarekake ana ing sak jerone benteng lan separone maneh ana ing sak jabane benteng. Bab iku mratelakake ing semu Ki Ageng Mangir mungsung ning uga putra mantu kang kegestrah Mataram. Saka kedadean kuwi banjur sang prabu maringake pusaka tumbak kyai upas marang putrane kang jumeneng Bupati ing Kabupaten Nragawa,yaiku Kabupaten Tulungagung saiki. Saka sejarah kuwi banjur saben sasi sura di anakake kiraban sing di pimpin karo Bupati Tulungagung.

Kesenian dan Agama

 Hubungan Kesenian dan Kehidupan Hindu di Bali

 

Kesenian di Bali identik dengan kehidupan religi masyarakatnya sehingga mempunyai kedudukan yang sangat mendasar. Hal tersebut di lakukan para penganut agama Hindu sebagai bentuk keyakina kepada Hyang Maha Kuasa. Kesenian kesenian tersebut biasanya di lakukan di pura pura(tempat suci),kesenian yang ada di antaranya seni suara,seni tari,seni karawitan, seni lukis, seni rupa dan satra. Contoh kesenian yang umum di jumapai yaitu seni tari.

Pregina (penari) mempunyai semangat yang luar biasa,hal tersebut di lakukan sebagai perwujudan bakti kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa( Tuhan yang Maha Esa), pembaktian tersebut sebagai wujud rasa rindu ingin bertemu kepada sang penciptanya.

Di Bali yang mayoritas penduduknya dalah beragama Hindu dan mempunyai jiwa seni yan tinggi , maka seni di bali di golongkan menjadi dua yaitu seni sakral atau wali dan seni yang hanya untuk huburan saja (profan). Pada seni tari, seni tari wali adalah tarian yang di pentaskan untuk ritual ritual tertentu dan biasanya tarian tersebut di anggap tarian suci. Misalnya pada tari Pendet, kesucianya terletak pada peralatan peralatan yang di gunakan misalnya ada canang sari (sesajian janur dan bunga yang di susun rapi), pasepan (perapian) dan tetabuhan. Berbeda dengan tari Renjang, kesucianya tampak pada si penari itu sendiri, penarinya harus yang masih muda, belum pernah kawin, dan belum haid dan si penari harus di sucikan dengan ritual Pawintenan (upacara penyucian diri). Semua itu tidak boleh di lakukan secara sembarangan. Tarian wali ini mendapat posisi khusus dalam hati masyarakat Bali dalam kaitanya dengan keyakinanya yaitu agama Hindu.

Tari wali di Bali sama dengan tari wali di india ada kesamaan kesamaan pada ritualnya. Menurut mitologo tarian wali di ciptakan oleh Dewa Brahma dan Dewa Siwa yang terkenal dengan tarian kosminya yaitu tari Dewa Siwa Nata Raja. Di mana Dewa Siwa memutar dunia dengan gerakan mudranya yang berkekuatan ghaib. Setiap sikap tangan dengan gerakan tubuh memiliki makna dan kekuatan tertentu sehingga
tarian ini tidak hanya menampilkan keindahan rupa atau pakaian, tetapi mempunyai kekuatan sekala dan niskala. Di Bali tidak sembarang digunakan. Hanya para Sulinggih (Brahmana atau orang suci) saja yang menggunakan gerakan tangan mudra ini, karena sangat sakral. Untuk pertunjukkan tari wali tertentu, diawali dengan sesajian dan tetabuhan agar tidak diganggu bhuta kala giraha dan bhuta kala kapiragan. Tak jarang persembahan tari dalam ritual tertentu dilakukan prosesi Pasupati, baik secara sederhana dengan menggunakan banten Pasupati atau dilakukan dengan lebih khusus, lebih besar atau istimewa untuk memohon agar si penari dibimbing sesuai dengan kehendak Ida Betara.

Pasupati artinya raja gembala hewan. Maksudnya agar si penari layaknya hewan gembala yang diatur dan digembalakan sepenuhnya oleh si penggembala, yaitu Ida Betara. Maka setiap gerak-gerik penari tidak sepenuhnya berasal dari dirinya sendiri, sebagian gerakannya dijiwai oleh Ida Betara yang dimohonkan. Sehingga tarian itu akan memiliki niskala (kekuatan magis).

Tari sakral dipersembahkan dengan ritual tertentu pada hari tertentu untuk menyenangkan Ida Betara atau Hyang Kuasa sehingga berkenan memberi berkah berupa kesejahteraan(jasmani dan rohani). Tari Pendet yang merupakan tari tradisional di Bali juga di bagi menjadi dua yatiu tari Pendet sakral dan tari Pendet penyambutan.

Tari Pendet Sakral

Biasanya Tari Pendet dibawakan secara berkelompok atau berpasangan oleh para putri, dan lebih dinamis dari tari Rejang. Ditampilkan setelah tari Rejang di halaman Pura dan biasanya menghadap ke arah suci (pelinggih). Para penari Pendet berdandan layaknya para penari upacara keagamaan yang sakral lainnya, dengan memakai pakaian upacara, masing-masing penari membawa perlengkapan sesajian persembahan seperti sangku (wadah air suci), kendi, cawan, dan yang lainnya. Pada akhir tarian para penari menaburkan bunga ke arah penonton sebagai ucapan selamat datang.

Cerita wayang

WAHYU MAKUTHARAMA

            Cerita wayang kang irah irahan Wahyu Makutharama kang di lakoni Wahyu Makutharama utawa Arjuna Jelur. Isine yaiku:

Duryudhana raja Ngalengka kang lagi lenggahan ana ing singgasanane, di kancani karo Baladewa raja Madura,Basukarna,Pendeta Drona,Patih Sangkuni,lan para prajurit Ngastina lagi padha guneman babagan Wahyu kang bakal di turunaken ing dunya iki. Raja Duryudhana kepingin anduweni wahyu kasebut,banjur ngutus Adipati Karna kanggo anggoleki wahyu kuwi. Adipati Karna banjur budhal di kancani karo Patih Sangkuni lan para bala Kurawa.

Ana ing crita iki Kresna dadi pertapa kang anduweni asma Begawan Kasawadisi, panjenengane tapa ana ing pertapan Kutharunggu. Ana ing pertapan Kutharunggu Sang Begawan di kancani karo Anoman,Resi Maenaka,Yakseda lan Gajah Setubanola. Adipati Karna lan Patih Sangkuni teka ana ing pertapan ngadep Sang Begawan lan jaluk Wahyu Makutharama kang ana ing Bagawan Kasawasidi. Nanging Sang Begawan ngandika panjenengane ora duweni Wahyu Makutharama. Nanging Adipati Karna ora nggugu karo ngandikane Sang Begawan,banjur dadi peperangan. Adipati Karna nyerang Sang Begawan nanging di lawan karo Yakseda lan Yajagwreka. Sang Begawan ora seneng pirsa peperangan kasebut,banjur ngutus Anoman kanggo ngademake suasana. Ana ing peperangan kasebut Adipati Karna ngeculake panah Wijayandanu, nanging di cekel karo Anoman lan di aturaken Begawan Kasawasidi. Adipati Karna ngrasa kalah,banjur mandeki peperangan. Nanging Begawan Kasawasidi nyalahake Anoman,Anoman ngrasa salah ana ing peperangan kuwi. Banjur Resi Anoman jaluk petunjuk,banjur Resi Anoman di utus tapa ana ing Kendhlisada.

Arjuna lan Punakawan kepingin nyatu karo Hyang Suksma Kawekas banjur jelma dadi begawan. Sak lawase tapa,Begawan Wibisana di paringi petunjuk kanggo ngadep Begawan Kasawasidi ana ing Kutharunggu. Panjenengane jaluk cara supaya bisa nyatu karo Hyang Suksma Kawekas,nanging Begawan Kaswasidi ora purun kanggo maringi pirsa carane,banjur dadi peperangan. Begawan Kasawasidi di pananh nganggo panah Ramawijaya, banjur Begawan Kasawasidi rubah dadi raseksa kang maha dahsyat. Begawan Wibisana jaluk ampun banjur Begawan K asawasidi balik dadi wujud asale. Begawan Wibisana lan Begawan Kasawasidi banjur semedi. Begawan Kasawasidi nyuwun supaya di bukakake dalan banyu suci, banjur panjenengane kundur ana iang sorga. Nanging ana ing tengah dalan,panjenengane pirsa suksma Kumbakarna lagi cidra,banjur ngutus suksma Kumbakarna supaya nemoni Wrekudara ana ing Marcapala.

Suksma Kumbakarna goda Wrekudana sing lagi luru para sedulure,banjur Wrekudara duka karo suksma Kumbakarna,banjur suksma Kumbakarna nyatu ana ing sikil kiwane Wrekudara. Wrekudara banjur nerusake luru sedulure.

Arjuna teka ngadep Begawan Kasawasidi ana ing Kutharunggu. Begawan Kasawasidi ngertos yen Arjuna kuwi sing pantes duweni Wahyu Makutharama. Banjur Begawan Kasawasidi maringi wejangan lan ngajarake ajaran Rama kanggo Wibisana yaiku Hasthabrata. Sakwise maringi wejangan Begawan Kasawasidi nyerahake senjata Kunta kanggo Arjuna lan Arjuna banjur budhal.

Arjuna banjur nemoni Karna,nyerahake senjata Kunta. Nanging Karna ngomong kepingin duweni Wahyu Makutharama,banjur Arjuna nerangaken makna Wahyu Makutharama lan nudui Karna yen panjengane sing duweni wahyu kuwi. Karna kepingin ngrebut Wahyu Makutharama saka Arjuna banjur dadi perang Karna nglawan Arjuna. Karna kalah ana ing perang kuwi lan budhal ngindurke diri. Arjuna banjur budhal ana ing Kutharunggu ketemu karo Wrekudara lan Begawan Kasawasidi,nanging teka loro ksatriya Bambang Sintawaka lan Bambang Kandhihawa sing kepingin ngalahake Begawan Kasawasidi. Begawan Kasawasidi jelma dadi Kresna,Bambang Sintawaka dadi Sembadra,lan Bambang Kandhihawa dadi Srikandi.

Akhire pada seneng amarga pada ngumpul kabeh,banjur pada kundur ana ing negara Ngamarta.

Contoh naskah panata cara

Pisowanan Ageng

(beksan Gambyong)

Assalamualaikum Wr. Wb.

Sugeng pepanggihan malih, sugeng rawuh wonten ing adicara Pisowanan Ageng Gebyar Jawa warsa 2014, kanthi tema “Citta Buddaya”.

Para rawuh ingkang kinurmatan, adicara Pisowanan Ageng kawiwitan Candra Dosen Bahasa dan Sastra Jawa Unnes, ingkang badhe dipunpadhegani dening Bapa Sayuti Anggoro. Sumangga.

Sampun paripurna Candra Dosen, kalajengaken atur pasugatan arupi beksan Gambyong. Ingkang badhe dipunparagani dening Dewi Wulandari, Umul Karimah, Yanuar Dwi Kartikasari, saha Devi Hartanti. Sumangga.

 

Nuwun, nuwun kawula nuwun,

Sih nugrahaning Gusti ingkang Maha Agung, mugya kajiwa kasarira, wonten ing jiwangga kula panjenengan sadaya, waradin sagung dumadi.

Ingkang kinabekten Bapak Agus Nuryatin minangka Dekan FBS Unnes, dalah Pembantu Dekan 1, Pembantu Dekan 2, saha Pembantu Dekan 3

Ingkang kinurmatan Bapak Yusro Edi Nugroho minangka Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa

Ingkang kinabekten ugi para Bapak lan Ibu dosen jurusan Bahasa dan Sastra Jawa

Boten katalumpen, para rawuh wonten ing adicara Pisowanan Ageng Gebyar Jawa warsa 2014, ingkang bagya mulya.

Minangka panatacara, keparenga kula badhe mratitisaken adicara ingkang badhe lumampah ing siyang menika

Sepisan                        Pambuka

                                    (Lelagon Mars Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa)

Kaping kalih                Sambutan

Kaping tiga                 Parade Duta Sinjang

                                    (Atur pasugatan klenengan saking kadang UKM Kesenian Jawa)

Kaping sekawan          Kembul Bujana

                                    (Atur pasugatan Barongan saking kadang UKM Kesenian Jawa)

Kaping gangsal           Panglipur Keroncong “Kang Bejo”

Kaping nem                 Penganugerahan Duta Sinjang

Kaping pitu                 Penutup

Minangka purwakaning acara, sumangga panjenengan sedaya kula dherekaken manengku pujabrata, wonten sahandap pepadanipun Gusti ingkang Maha Agung, miturut agami sarta kapitadosan sowang-sowang. Mligi katur para rawuh ingkang ngrasuk agami Islam, kula dherekaken maos tasmiyah sesaregan. Dedonga kawiwitan. Bismillah

Saderengipun kalajengaken, wonten seserepan atur pasugatan arupi lelagon Mars Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa. Sumangga.

Para rawuh ingkang minulya, tatacara salajengipun nuninggih Palaporan Ketua Panitia, ingkang badhe kasulihsarirani dening Kang Mas Akbar Aminudin. Sumangga.

Matur sembah nuwun katur Kang Mas Akbar.

Salajengipun, nuninggih atur pangandikan saking Pendamping Hima Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa, ingkang badhe katendhakaken dening panjenenganipun Bapak Drs. Widodo, M.Pd.

Matur sembah nuwun menggah paring pangandikanipun.

Atur pangandikan salajengipun, nuninggih saking Ketua Jurusan BSJ (Dekan FBS)

Yusro Edi Nugroho, S.S, M.Hum. (Agus Nuryatin), kalajengaken mbikak adicara Pisowanan Ageng Gebyar Jawa warsa 2014 secara simbolis (nguwalaken peksi emprit/pipit)

Matur sembah nuwun katur Bapak kajur/dekan ingkang sampun paring pangandikan lan ugi mbikak adicara Pisowanan Ageng enjang menika.

Salajengipun nuninggih atur pasugatan klenengan saking UKM Kesenian Jawa. Sumangga.

Para rawuh ingkang kinurmatan, tatacara salajengipun nuninggih Parade Duta Sinjang.

.

.

.

Sampun paripurna Parade Duta Sinjang, kalajengaken Kembul Bujana

.

.

.

Para rawuh ingkang winantu ing basuki, salajengipun nuninggih panglipur Keroncong Akustic “Kang Bejo” saking Semarang.

.

.

.

.

Penganugerahan Duta Sinjang

.

.

.

Penutup

Mekaten menggah adicara Gebyar Jawa warsa 2014 wiwit Kirab ngantos Pisowanan Ageng sampun kalampahan kanthi gancar. Kula pun ……… dalah kadang kula ………. Nyuwun gunging sih samudra pangaksami. Wusananipun, jaya wijayanti angleluri budhaya Jawi. Nuwun

Wassalamualaikum Wr. Wb.